SURABAYA (suarakawan.com) – Sebagai warga negara
Indonesia, siapa yang tidak mengenal sosok Soekarno? Sang Proklamator
yang bersama Bung Hatta akhirnya membebaskan bangsa ini dari belenggu
penjajahan 68 tahun silam. Presiden karismatik yang memimpin bangsa ini
selama periode 1945-1967 begitu dikenal luas oleh dunia internasional
saat kepemimpinannya.
Bahkan, mendiang Presiden Amerika Serikat J. F. Kennedy diketahui memiliki hubungan yang cukup erat dengan Soekarno.
Di luar pemikirannya yang condong pada sosialis-marhaen, Soekarno
merupakan bapak bangsa yang telah mendaulat Indonesia sebagai bangsa
dengan jiwa Bhinneka Tunggal Ika.
Presiden yang satu ini memang terkenal cukup kontroversial.
Sebagai pria, siapa yang tidak iri dengan ketampanan, kegagahan,
serta kekuasaan yang diembannya. Maka, banyak pihak yang menggunjingkan
kehidupan pribadi Presiden Soekarno, apalagi ia dikenal telah beberapa
kali menikah dengan wanita-wanita cantik, selain Ibu Fatmawati tentunya.
Sejak Indonesia masih berbentuk benih, Soekarno bersama rekan-rekan
seperjuangannya begitu gencar mempersiapkan kemerdekaan bagi bangsa ini.
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dibentuk
pada 29 April 1945 merupakan saksi kunci bagaimana negara Indonesia
akhirnya berdaulat dalam kemerdekaannya.
Enam dekade lebih Indonesia menghirup napas kebebasan berbangsa,
namun cerita tentang Soekarno tetap tersisa. Banyak pihak percaya bahwa
selama hidup sebagai pemimpin, Sukarno tidak tinggal diam untuk
membiarkan rakyatnya sengsara sepeninggal hidupnya.
Ia dipercaya menitipkan timbunan harta karun yang nilainya cukup
untuk membayar seluruh hutang negara Indonesia. Begitu banyak spekulasi
mengenai harta karun Bung Karno ini. Ada yang percaya bahwa harta yang
ditinggalkan berupa emas batangan yang beratnya ratusan kilogram, ada
juga memilih untuk percaya harta karun itu berbentuk deposito luar
negeri tapi entah di mana.
Kekayaan bangsa Indonesia terutama dalam urusan emas memang telah
melegenda sejak dulu. Melalui prakarsa Menteri Kemakmuran Ir. Soerachman
Tjokroadisoerjo saat itu, Presiden Soekarno menghimpun 20 kilogram emas
dari rakyat Aceh dan membeli sebuah pesawat angkut Dakota yang dinamai
Dakota RI-001 Seulawah. Itulah pesawat pertama milik bangsa Indonesia
yang dibeli tahun 1948 atas rasa patriotisme bangsa Indonesia. Di era
Orde Lama, Menteri Luar Negeri Dr. Subandrio pun pernah menyinggung
“dana revolusi” yang disinyalir sebagai harta karun milik bangsa
Indonesia.
Waktu terus berjalan, dan keberadaan harta tersebut masih menjadi misteri.
Bulan Desember 2012 silam, sebuah surat kabar di Austria, Krone,
memberitakan adanya simpanan dana milik mendiang Bung Karno yang
disimpan di Swiss senilai 180 juta dolar AS. Kendati belum dipastikan
kebenarannya, seorang ahli finansial Gustav Jobstmann mengklaim bisa
mencairkan dana tersebut asal diinvestasikan di Austria. Terdengar tidak
masuk akal memang, bahkan saat dikonfirmasi pada Puan Maharani yang
notabene cucu langsung dari Bung Karno tidak tahu menahu soal simpanan
bernilai cukup fantastis tersebut.
Yang lebih mengejutkan adalah temuan seseorang yang menyebut dirinya
seorang satria piningit bernama Soenuso Goroyo Soekarno. Mantan anggota
TNI yang bernama asli Suwito ini pernah menggemparkan media massa dengan
memamerkan harta karun temuannya yang dipercaya sebagai harta karun
Bung Karno.
Ia sempat menunjukkan peti berukuran besar berisi ratusan kepingan
emas dengan gambar Soekarno serta lambang padi dan kapas. Kepingan emas
tersebut masing-masing beratnya 8 ons, lengkap dengan tulisan
80-24K-9999. Terdapat juga emas putih berlogo tapal kuda putih
bertuliskan JM Mathley London yang dibungkus dan bersertifikat emas.
Untuk peninggalan lain, Goroyo juga menunjukkan sertifikat deposito
bertanggal 16 Agustus 1945 yang dikeluarkan oleh BPUPKI yang menyebutkan
harta tersebut tersimpan di suatu tempat. Ada juga sertifikat plat
kuningan bertuliskan “hibah substitusi” yang berisi adanya deposito
bernilai 162,2 miliar dolar AS dan 63,10 miliar dolar AS, ditengarai
tersimpan di Swiss. Wow! Betul-betul nilai yang cukup mengejutkan di
tengah perekonomian bangsa Indonesia yang masih stagnan.
Sang satria piningit itu pun berjanji mampu mencairkan seluruh harta
karun Bung Karno tadi untuk melunasi hutang-hutang negara Indonesia saat
ini. Hmmm, benar atau tidaknya tapi DPR masih saja mengeluhkan anggaran
negara yang terus defisit…
Di sisi lain, kaum rasional lebih memilih untuk bijak memandang makna
harta karun Bung Karno sebagai sebuah peninggalan pemikiran dan spirit
patriotisme.
Dalam sebuah buku Harta Karun Bung Karno tulisan Yanu Endar Prasetyo
(2012), ia memaparkan wujud harta karun Bung Karno sebagai peninggalan
pola pikir khas Sang Proklamator. Warisan karakter, gagasan, dan
semangat Putra Sang Fajar dijabarkan dalam ranah pemikiran logis,
alih-alih membahas emas berlian.
Semangat Bung Karno adalah semangat humanisme, cinta tanah air, dan
anti penjajahan. Sementara dari segi gagasan, Bung Karno terkenal dengan
pemahaman Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi, Marhaenisme, Anti
Kapitalisme, dan Persatuan Nasional.
Terakhir, menyentuh dalam pribadi Bung Karno sendiri, bagaimana
kecintaannya pada seni dan budaya bangsa Indonesia serta hidup sebagai
manusia mandiri.
Itulah sepenggal misteri Sang Proklamator. Sang Menteri Kemakmuran
Ir. Soerachman Tjokroadisoerjo saat mendampingi Presiden Soekarno di
awal kemerdekaan lebih memilih untuk memandang harta benda yang dipunyai
bangsa saat itu sebagai pondasi untuk menopang kaki anak cucu membangun
negeri.
Sama seperti orang kepercayaan Sukarno yang lain, hingga menutup
mata, Soerachman yang pernah memegang amanah menyangkut harta kekayaan
bangsa Indonesia pun tidak berpesan apa-apa kecuali nyali untuk tetap
berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). (an/jto)